Sabtu, 29 Januari 2011

Makalah Perbandingan Pendidikan

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat dan rahmat dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabiyullah Muhammad SAW karena berkat perjuangan beliau kita dapat membedakan yang haq dan yang batil.
Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai tugas mata kuliah PERBANDINGAN PENDIDIKAN.
Kami menyadari penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah kami kedepan.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua…… Amin.
Samarinda , Nopember 2009

Penyusun








DAFTAR ISI


Halaman Judul ...............................................................................................i
KataPengantar.................................................................................................ii
DaftarIsi......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................1
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................
C. Tujuan Penulisan..............................................................
D. Sistematika Penulisan......................................................
BAB II ANALISIS MASALAH.........................................................
BAB III PEMBAHASAN....................................................................
A. Peraturan Pendidikan di Malaysia....................................
B. Lembaga Pendidikan di Malaysia....................................
C. Biaya Pendidikan di Malaysia.........................................
BAB III PENUTUP..............................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................
B. Saran-saran.......................................................................
Daftar Pustaka









BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan pun dan di manapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing serta memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Bagi para penganut teori “human capital”, sebagaimana dideskripsikan oleh Walter W. McMahon dan Terry G. Geske dalam bukunya yang berjudul “Financing Education: Overcoming Inefficiency and Inequity” terbitan University of Illionis, bahwa nilai penting pendidikan adalah suatu investasi sumber daya manusia yang dengan sendirinya akan memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Itulah sebabnya investasi pendidikan yang diperlukan bagi bangsa Indonesia sebenarnya harus terlebih dahulu mengarah pada pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang super canggih. Berpedoman pada apa yang telah dicanangkan oleh UNESCO, proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknya harus bertumpu pada 4 (empat) pilar, yaitu learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu), learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Oleh karena itu, penting sekali sebagai negara berkembang seperti Indonesia untuk menentukan metode yang terbaik bagi dunia pendidikannya, yaitu dengan jalan “invest in man not in building”.
Oleh karenanya , disini kami akan menitikberatkan mengenai perbandingan antara pendidikan di negara kita dengan negara lain. Tak perlu muluk-muluk membandingkan dengan negara maju seperti Amerika atau Jepang, cukup kita telaah saja dengan negara tetangga dekat kita yaitu Malaysia. Pantaskah kita percaya diri bahwa kita lebih baik?. Semoga menjadi koreksi bagi perkembangan pendidikan di Indonesia kedepan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka kami membatasi masalah-masalah yang akan di bahas yaitu :
1. Bagaimana sistem dan kebijakan pendidikan ( peraturan dan lembaga pendidikan ) di Malaysia ?
2. Bagaimana tema pendidikan ( biaya pendidikan ) di Malaysia ?


C. Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, penyusun mempunyai tujuan yang ingin di capai. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : “ Penyusun ingin mengetahui apa keunggulan pendidikan di Malaysia, yang kemudian nantinya akan di bandingkan dengan pendidikan di Negara Indonesia “.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah para pembaca dalam memahami isi makalah ini, maka penyusun menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan tentang latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II ANALISIS MASALAH
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini mengemukakan tentang pembahasan masalah yang disajikan.
BAB IV PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan isi makalah.



BAB II
ANALISIS MASALAH

Jika kita masuk kampus negeri, maka bayaran setiap semesternya bertambah murah, seperti di UM (Universiti Malaya) atau UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia). Seperti di UM, untuk Islamic Studies S 2, semester pertama mahasiswa asing dikenakan bayaran 1.700.00 (Seribu tujuh ratus tingit), semester 2, RM. 1.400.00 (Seribu empat ratus ringgit). Begitu seterusnya, ia akan bertambah murah dengan bertambahnya semester. Hal ini, karena kampus-kampus itu disubsidi oleh pemerintah. Dan subsidi itu 100 % untuk sekolah SD sampai SMA milik pemerintah kecuali orang tua diminta bayar seragam dan buku teks pelajaran, yang biayanya kurang lebih RM. 100.00 (Seratus inggit).
Jika melihat hal ini, sangatlah jauh berbeda dari keadaan pendidikan kita di Indonesia. Untuk itulah, sekiranya pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan. Dalam konteks ini, kita perlu berlapang dada tanpa rasa malu sebagaimana Jepang bangkit dari kehancuran Perang Dunia II dengan memajukan pendidikannya, Malaysia yang pada tahun 1970 belajar dari guru-guru Indonesia yang didatangkan ke Malaysia. Hasilnya dapat kita lihat sendiri, Jepang telah menjadi negara industri terkemuka di dunia, India mampu memainkan peranannya di berbagai tingkatan Internasional, dan Malaysia lambat laun mulai menjadi capital bagi Asia Tenggara.
Begitu besarnya peranan Pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa, maka bagaimanapun juga disadari atau pun tidak hanya melalui pendidikanlah, bangsa kita diharapkan dapat bangkit, dan kemudian menata ulang rancang-bangun kehidupan berbangsa, membangun karakter bangsa atas dasar kearifan dan identitas tradisi lokal dan melanjutkan pembangunan bangsa. Terlebih di era globalisasi yang menunjukkan semakin ketatnya kompetisi negara-negara di seluruh dunia. Agar di masa depan pendidikan nasional dapat diperbaiki. Oleh karena itu, maka amat diperlukan sebuah komitmen. Para pemimpin negara, siapa pun orangnya, harus memiliki perhatian untuk memajukan pendidikan Indonesia.









BAB III
PEMBAHASAN
A. Peraturan Pendidikan di Malaysia
Dari sistem pendidikan yang terbawah (SD) hingga yang perguruan tinggi (universitas), Malaysia mempunyai nilai “lebih” dari kita. Di Malaysia negara sepenuhnya mendukung pembangunan pendidikan, baik dari sistem maupun dari sarana dan prasarana.
Di malaysia, ketika sebuah keluarga memiliki seorang anak maka orang tuanya wajib mendaftarkannya di sekolah rendah (Indonesia=SD) satu tahun sebelum masa sekolah. Hal ini dimaksudkan agar adanya kepastian bahwa anaknya mengikut pendidikan wajib. Di Malaysia masa persekolahan sekolah rendah adalah 7-12 tahun. Jadi saat seorang anak sudah berumur 6 tahun, jika orang tua belum mendaftarkannya ke sekolah rendah maka akan dikenakan sanksi undang-undang. Orang tua akan dikenakan denda max RM 5000 atau kurungan penjara max 6 bulan atau kedua-duanya sekali. Yang tak kalah bernilai “plus” juga adalah mengenai uang bayaran sekolah rendah di Malaysia. Tidak seperti di Indonesia yang banyak pungutan-pungutan sekolah, di Malaysia sumbangan PIBG (Persatuan Ibu Bapa dan Guru) hanya dibayar perkeluarga. Jadi kalau sebuah keluarga memiliki 1 anak atau lebih sama saja bayaran yang dikeluarkan. Selain itu pungutan lain tidak ada termasuk sumbangan untuk dana pembangunan. Sebab dana pembangunan sepenuhnya merupakan tanggungjawab pemerintah.

B. Lembaga Pendidikan di Malaysia
Di Malaysia, bukan karena SDM yang tidak baik, tapi mereka lebih terikat kepada peratutan AUKU (Akta Universiti dan Kolej Universiti), yang didalamnya melarang mahasiswa memasuki partai politik. Karena itu, kerajaan hanya memfokuskan pelajar untuk berkiprah didalam kampus saja. Tentunya dengan nilai-nilai mata kuliah yang tinggi. Dan itu bukti kecemerlangan suatu pelajar. Dan ini pula yang dijadikan ukuran sejak sekolah SD. Mereka setelah lulus, diarahkan mendapatkan kerja. Karena itu, kepandaian mahasiswa-mahasiswa Malaysia, tidak hanya cemerlang dari aspek koginitif, tapi juga praktis, sehingga mudah mendapatkan kerja nantinya.
Di Indonesia, seperti dimaklumi, mahasiswa mencari kepuasan di organ-organ extra atau kelompok-kelompok studi dan itu yang membuat mereka dapat vocal, karena seringnya berdebat dan diskusi, sehingga jika berbicara di forum kawan-kawan Indonesia paling depan. Di Malaysia, jika seminar atau diskusi dalam kelas, mahasiswa lebih banyak pasif. Dan tidak jarang, seorang dosen harus meminta ditanyai atau memancing agar ada yang bertanya.
Di Malaysia, fasilitas lebih baik, seperti wireless internet gratis dalam kampus. Dan itu hampir semua kampus. Di kampus UM, mahasiswa boleh download 6800 jurnal internasional dengan gratis dalam berbagai topik. Buku-buku lebih banyak dalam bahasa inggeris atau arab dan kemudahan-kemudahan yang lain.
Perguruan tinggi milik negara akan lebih baik daripada perguruan tinggi swasta. Selain karena PTN sudah lebih dulu ada, biasanya orang yang bisa masuk ke PTN memang lebih terpilih. Apalagi PTN yang masuk jajaran 200 besar dunia yang ada di Malaysia seperti Universiti Malaya, Universiti Kebangsaan Malaysia, dan Universiti Sains Malaysia.
Kita tidak bisa masuk PTN (IPTA) tersebut dengan mudah, karena warga negara Malaysia saja susah bisa masuk ke sana. Ada lulusan sekolah menengah sini yang mengeluh mendapat jatah PTN yang jauh dari tempat tinggalnya dan jurusannya pun tidak sesuai dengan yang diinginkan. Agak beda dengan Indonesia yang menerapkan sistem seperti SPMB.
Karena itu, banyak siswa yang punya pilihan jurusan tertentu lebih memilih masuk PTS (IPTS) seperti Universiti Teknologi PETRONAS, Curtin, Taylor, UCSI, dan lain sebagainya. Orang asing yang mau masuk S1 (undergraduate) hanya bisa di IPTS ini. Ada juga yang masih menerima orang asing di program undergraduatenya, tapi sudah sangat jarang. Misalnya ada di USM dan UUM (Universiti Utara Malaysia).
C. Biaya Pendidikan di Malaysia
Selanjutnya mari kita menelaah ke jenjang perguruan tinggi. Ada beberapa perbedaan dengan di Indonesia. Jika kita melihat dari bayaran semesteran, kalau di Indonesia bayaran semester S2 dan S3 lebih mahal dari S1. Sebagai contoh, UIN Jakarta, setiap semester hanya membayar Rp.300.000 (masih IAIN). Dan S2 di kampus yang sama, membayar Rp. 3.500.000. Dan S3 tentu lebih mahal (sama-sama jurusan Islamic Studies. Sedang di Malaysia sebaliknya S1 malah lebih mahal dari S2 dan S3. . Untuk S1, seorang bumiputera dengan jurusan Islamic Studies membayar RM. 3,000.00 (Tiga ribu ringgit) setiap semester. Jika mengambil jurusan ilmu alam, tekhnik, ekonomi atau pendidikan, tentu akan lebih mahal. Di UIA (Universiti Islam Antarabangsa), S1 harus membayar RM. 4.000.00 (Empat Ribu ringgit) per semester.
Selain itu, jika kita masuk kampus negeri, maka bayaran setiap semesternya bertambah murah, seperti di UM (Universiti Malaya) atau UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia). Seperti di UM, untuk Islamic Studies S 2, semester pertama mahasiswa asing dikenakan bayaran 1.700.00 (Seribu tujuh ratus tingit), semester 2, RM. 1.400.00 (Seribu empat ratus ringgit). Begitu seterusnya, ia akan bertambah murah dengan bertambahnya semester. Hal ini, karena kampus-kampus itu disubsidi oleh pemerintah. Dan subsidi itu 100 % untuk sekolah SD sampai SMA milik pemerintah kecuali orang tua diminta bayar seragam dan buku teks pelajaran, yang biayanya kurang lebih RM. 100.00 (Seratus inggit). Jika swasta seperti UIA, maka bayaran per semesternya sama seperti di Indonesia. Ia tetap sama sejak semester 1 sampai selesai.
Biaya sekolah undergraduate (S1) di PTS bervariasi antara 8juta sampai 60 juta per semesternya. Biasanya yang berkaitan dengan kedokteran akan jauh lebih mahal di bandingkan yang lainnya. Uang masuknya sendiri berkisar 2juta rupiah. Itu sudah termasuk biaya asrama. Jika dibandingkan biaya kuliah di PTS Indonesia, terutama yang berkelas seperti Trisakti atau Unpar, kira-kira sebanding. Beasiswa untuk S1 juga banyak diberikan oleh beberapa IPTS, misalnya dari PETRONAS, CIMB Niaga, dan pemerintah Malaysia sendiri melalui MTCP. Kalau beruntung, bisa gratis sekolah di sini bahkan dapat uang saku yang lumayan.









BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari sistem pendidikan yang terbawah (SD) hingga perguruan tinggi (universitas), Malaysia mempunyai nilai “lebih” dari kita. Di Malaysia negara sepenuhnya mendukung pembangunan pendidikan, baik dari sistem maupun dari sarana dan prasarananya. Maka dari itu, pendidikan Indonesia harus betul-betul diarahkan untuk bangkit dan kemudian bisa menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, serta memiliki budi pekerti yang baik dan dapat bersaing dengan negara-negara lain, ditengah perkembangan era globalisasi.

B. Saran-saran
Dari uraian di atas, kita dapat menyadari bahwa betapa pentingnya pendidikan. Untuk itu, kita harus tetap terus semangat dan berjuang untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Negara tercinta kita, INDONESIA.








DAFTAR PUSTAKA


• Mohamad Faiz, Pan, Menanti “ Political Will” Pemerintah di Sektor Pendidikan, dalam http://panmohamadfaiz.com/2006/10/5/political-will-pendidikan-indonesia, 27 oktober 2009
• Jaly, Hasan, Perbandingan Antara Kampus di Indonesia dan Malaysia, dalam http://www.bawean.net/2008/12/beberapa-perbandingan-antara-kampus-di.html., 27 oktober 2009
• Arsyil, Menelaah Pendidikan Malaysia di Banding Indonesia, dalam http://arsyil.blogspot.com/2009/05/menelaah-pendidikan-malaysia-dibanding.html, 27 oktober 2009
• Awaluddin, Iwan, Kuliah di Malaysia, dalam http://www.schoolofuniverse.com/, 27 oktober 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar